Senin, 09 November 2009

PANCASILA SAKTI

Kita membutuhkan Pancasila kembali karena kita seakan-akan telah kehilangan bahasa untuk menangkis 100 tahun kekerasan yang tersirat dalam sikap sewenang-wenang yang juga pongah: sikap mereka yang merasa mewakili suara Tuhan dan suara Islam, meskipun tak jelas dari mana dan bagaimana 'mandat' itu datang ke tangan mereka; sikap mereka yang terbakar oleh 'egoisme-agama' dan menafikan cita-cita Indonesia yang penting, agar tiap manusia Indonesia 'bertuhan Tuhannya sendiri' - hingga agama tak dipaksakan, dan para penganut tak bersembunyi dalam kemunafikan.
Kita membutuhkan Pancasila kembali karena kita perlu bicara yakin kepada mereka yang mendadak merasa lebih tinggi ketimbang sebuah republik yang didirikan dengan darah dan keringat berbagai penghuninya -Islam, Kristen, Hindu, Budha, Konghucu, ataupun atheis- perjuangan yang lebih lama ketimbang 60 tahun.
Kita membutuhkan Pancasila kembali karena ia merupakan proses negosiasi terus menerus dari sebuah bangsa yang tak pernah tunggal, tak sepenuhnya bisa 'eka'. Kita membutuhkan Pancasila kembali karena tak akan ada yang bisa sepenuhnya meyakinkan bahwa dirinya, kaumnya, mewakili sesuatu yang Maha Benar dan Maha Besar dan bisa menafikan ketidaksempurnaan nasib manusia.
Pancasila memang tidak sakti, tapi ia adalah proses untuk meningkatkan tingkat kehidupan masyarakat dan manusia dalam ketidaksempurnaan dan keterbatasan, kekurangan dan kelemahan untuk mencapai yang terbaik yang bisa dicapai oleh manusia di dunia ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar